Selasa, 29 November 2011

KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN ( LEADER SHIF )


KEPEMIMPINAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah manajemen keperawatan I
Dosen pengampu
Andriyani Mustika.N, S.Kep.NS dan TIM









Disusun Oleh :
1.      Nanang Sigit.M                     ( SK.109.117 )
2.      Nanda Wahyu                       ( SK.109.118 )
3.      Nur Khayati                          ( SK.109.132 )
4.      Nur Khofifah                        ( SK.109.133 )
5.      Okta Widianingrum              ( SK.109.144 )
6.      Panji  Prawito.U                    ( SK.109.145 )
7.      Ratna Mustikasari                ( SK.109.153 )
8.      Saidatun Nikmah                  ( SK.109.165 )


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2011 - 2012



BAB I
PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan seni untuk meminta seseorang melakukan sesuatu yang anda yakini sebaiknya dikerjakan (kouzes dan Posner, 1990). Kepemimpinan dalam bahasa inggris adalah “leadership” yang berasal dari kat “lead” yang berarti “pergi”.  Pemimpin secara umum memiliki gambaran kemana akan “pergi”-suatu arah dimana seseorang dipengaruhi untuk mengikuti. Pemimpin merupakan  orang yang memeperlihatkan cara dan mendapatkan ”gambaran jelas” tentang sesuatu.
Menejemen berkaitan erat dengan kepemimpinan. Asal kata manajemen diambil dari kata “manajer” mengambil kendali kerja sehari-hari” untuk mencapai hasil yang di inginkan. Organisasi yang sukses membutuhkan kepemimpinan dan manajemen. Seorang penulis telah membuat konsep tentang kedua fungsi dengan menyatakan bahwa” manajemen mendorong ketepatan dan menaikki tangga kesuksesan;kepemimpinan menentukan apakah tangga yang dinaikki bersandar pada dinding yang kokoh” (Covey,1989).
Keperwatan telah banyak berfokus pada manajemen –rincian pelaksanaan pekerjaan sehari-hari, dan kurang memperhatikan kepemimpinan (Marriner-Tomeey 1992). Lingkungan asuhan keperawatan sekarang membutuhkan perawat yang mengatur tujuan klinis klien juga melakukan peran kepemimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Sebagai contoh, perawat memainkan peran “berputar berlawanan arah” dalam mendapatkan cara untuk mengatur perawatan klinis untuk menurunkan biaya. Gerakan kedepan pemberdayaan staf dalam beberapa tahun terakhir memampukan perawat dalam berbagai tempat kerja untuk melksanakan tanggung jawabnya yang pada awalnya ditujukan pada manajer. Staf dan ketenagaan menetapkan standar asuhan, mementukan jadual dan ketenagaan dan memantau kualitas hasil perawatan. Lingkungan perawatan kesehatan diamasa yang akan datang cenderung melanjutkan tren ini dengan jumlah manajer lebih sedikit, lebih mengacu pada pengaturan tim secara mandiri lintas department dan manajer kasus yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap pemanfaatan sarana yang ada. Hal ini membuat pengembangan ketrampilan kepemimpinan dan manajemen sama pentingnya untuk mengembangkan ketrampilan klinia;ketrampilan ini dikembangkan dengan cara yang sama dengan ketrampilan klinis; melalui teori, penerapan, dan praktik.

MASALAH :
Perawat Geri setiap hari selalu datang terlambat dan suka membolos,perawat Caca kerjanya selau bersolek dan tidak mau menyentuh pasien , hal ini menjadikan kondisi bangsal Rapi tidak nyaman karena tidak da koordinasi yang baik dari Pemimpin ,Kepala ruang selau tidak ada diruangan sementara ketua TIM sibuk dengan agenda ruangan. Selesaikan konsep Leader Shif yang dapat diterapkan dibangsal Rapi.

IDENTIFIKASI MASALAH :
a.       Kondisi bangsal Rapi tidak nyaman karena kurangnya koordinasi dari pimpinan
b.      Kerja kepala ruang yang tidak aktif sehingga ketua TIM sibuk dengan agenda ruangan
c.       Dampak dari kepemimpinan yang tidak baik  Perawat Gery selalu datang terlambat dan perawat Caca kerjanya hanya bersolek dan tidak mau mnyentuh pasien

PEMECAHAN MASALAH :
1.    Landasan Teori
a.    Pengertian kepemimpinan
Menurut Gillies (1994), dalam Arwani (2006), mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah tertentu (to run in a specific direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalan didepan (to go at the head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend toward a de).
Weirich dan Koontz (1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain uantuk mencapai tujuan.
Menurut McGregor, dikutip dari swanburg (2001), menyatakan ada empat variabel besar yang diketahui sekarang untuk memahami kepemimpinan: 1) karakteristik pimpinan, 2) sikap, kebutuhan dan karakteristik lainnya dari bawahan, 3) karakteristik dari organisasi, seperti tujuan, sruktur organisasi, keadaan asli, keadaan organisasi yang akan dibentuk, dan 4) keadaan sosial, ekonomi, dan politik lingkungan. McGregor menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat kerja, atau kekuatan dari luar.
Ada tiga pengertian kepemimpinan yang menjadi acuan, yaitu :
1.    Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang – orang agar mau bekerja sama untuk mecapai tujuan tertentu.
2.    Seni yang berdasar dari ketentuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mau berperilaku seperti apa yang dikehendakinya.
3.    The process of influencing people to accomplish goals. ( Huber D )
b.    Pola dasar kepemimpinan
Ada 2, yaitu :
1.    Kepemimpinan formal, adalah kepemimpinan yang bersifat resmi dalam organisasi, diatur sesuai pangkat, jabatan, herarki, dan struktur dalam organisasi.
2.    Kepemimpinan informal, adalah kepemimpinan yang tidak berdasarkan atas herarki, akan tetapi lebih di dasarkan pada pengakuan nyata dari orang – orang di sekitarnya karena kemampuan mengangkat, kemampuan ilmu, kemampuan membina hubungan kerja, dan lain – lain.
c.    Komponen peristiwa kepemimpinan
Komponen peristiwa kepemimpinan ( Kison, 1989 ), terdiri atas :
1.    Pemimpin : nilai, keterampilan, gaya atau tipe kemimpinan, serta presepsi terhadap diri dan perannya.
2.    Pengikut : kesiapan untuk dipengaruhi, kepercayaan pada pemimpin, serta pengalaman kerja sama.
3.    Situasi : harapan, sistem control, struktur tugas, waktu, dan budaya kerja.
4.    Proses komunikasi : tingkat keterbukaan.
5.    Tujuan – tujuan : tujuan organisasi dan tujuan pribadi.
Melihat komponen peristiwa kepemimpinan ini, maka perlu suatu keterampilan dalam mendiagnosis, mengadaptasikan, dan mengorganisasikannya. ( Hersey dan Blancard, 1993)

d.   Teori kepemimpinan
·    Teori “ Trait “ (Bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain, teori ini disebut dengan “Great Man Theory”. Banyak peneliti tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya pembawa sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa pengasuh. Situasi, dan lingkungan lainnya (Marqus dan Huston,1998 dalam Arwani 2006).
Swanburg (2001) menyatakan ciri – ciri pemimpin menurut teori bakat adalah: a) inteligensi : Sifat yang berhubungan dengan inteligensi termasuk pengetahuan, ketegasan, dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin. b) Kepribadian : sifat kepribadian seperti kemampuan beradaptasi, kepercayaan diri, kreativitas dan integritas personal dihubungkan dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin adalah orang yang efektif mengetahui bagaimana memotivasi semangat kerja para pekerja untuk mencapai tujuan organisasi. c) Kemampuan : Seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran, kemasyuran, dan keterampilan interpersonal untuk memberikan symbol, memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara anggotanya dalam system tersebut.
·    Teori Perilaku
Nursalam (2002) menyatakan bahwa teori perilaku lebih menekankan kepada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari McGregor yang dihubungkan dengan motivasi dari Moslow yang menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu lain (Swanburg, 2000).

e.    Gaya kepemimpinan
Gaya adalah sebagai cara penampilan karakteristik atau tersendiri / khusus. Follet (1940) mendefinisikan gaya sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli , dengan hasil akhirnya tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970) dalam Nursalam (2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pimpinan itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun – tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda – beda. Gaya yang dikembangkan oleh seorang pemimpin dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Ketiganya akan menentukan sejauh mana ia akan melakukan pengawasan terhadap kelompok yang dipimpin. Faktor kekuatan yang pertama bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin. faktor kedua bersumber pada kelompok yang dipempin, dan faktor yang ketiga tergantung pada situasi (Muninjaya, 1999).
Secara mendasar gaya kepemimpinan dibedakan atas empat macam berdasarkan kekuasaan dan wewenang, yaitu otokratik, demokratik, participation, dan laisez – faire atau free rain. Keempat tipe atau gaya kepemimpinan tersebut satu sama lain memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies, 1986).
·    Gaya kepemimpinan autokratis : merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin dengan cara otoriter, mempertanggung jawab untuk semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi bawahannya dengan menggunakan sanjungan, kesalahan, dan penghargaan. Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan (Gillies, 1986). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya untuk mematuhi dan melaksanakannya (DepKes, 1990).
·    Gaya kepemimpinan demokratis : merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide–ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat perencanaan, mengontrol dalam penerapannya, informasi diberikan seluas – luasnya dan terbuka (Nursalam, 2002). Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok  dalam pengambilan keputusan dan memberikan tanggung jawab pada karyawannya (La Monica, 1986).
·    Gaya kepemimpinan Partisipatif : merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam pemimpin partisipatif manajer menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan kepada para anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh kelompok tersebut (Gillies, 1986).
·    Gaya kepemimpinan Laisserz Faire : disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal atau sebagai fasilitator (Nursalam. 2002).
f.     Pendekatan kepemimpinan
Secara umum, kita mengenal 3 pendekatan, yaitu kepemimpinan untuk memimpin suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory), pendekata berdasarkan perilaku kepemimpinan (behavior theory), dan pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory).
1.    Berdasarkan sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan dengan cara :
a.    Membandingkan sifat – sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dan mereka yang bukan pemimpin.
b.    Membandingkan sifat – sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif.
Sifat – sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :
a.    Selalu antusias
b.    Mengenal dirinya sendiri
c.    Waspada
d.   Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
e.    Merasa bertanggung jawab
f.     Mempunyai rasa humor
2.    Berdasarkan perilaku
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di bawah ini :
a.    Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif.
b.    Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan cara – cara yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, motivasi bawahannya, dan melaksanakan control.
3.    Berdasarkan situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi. Terdapat 3 variabel situasional yang dapat membantu gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu :
a.       Hubungan atasan dengan bawahan
b.      Struktur tugas yang harus dikerjakan
c.       Posisi kewenangan seseorang
Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
a.    Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan
b.    Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
c.    Menaati peraturan
d.   Disiplin
e.    Mendengarkan informasi dari bawahan
f.     Tanggap terhadap situasi
g.    Membantu bawahan
g.    Tanggung jawab dan tugas
1.    Kepala ruang
a.    Tanggung jawab kepala ruang pada penugasan tim :
·      Menetapkan standar kinerja staf
·      Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang dipimpinnya
·      Memberikan kesempatan pada klien tim dan membantu untuk mengembangkan ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
·      Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tantang prosedur tim keperawatan
·      Menjadi narasumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
·      Memotivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
·      Melakukan kemunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya
·      Peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan,
·      Bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas,
·      Menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
b.    Fungsi kepala ruang :
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:
·      Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
·      Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
·      Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
·      Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
·      Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.
2.    Ketua tim
a.    Tanggung jawab ketua tim :
·      Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.
·      Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat dilakukan serah terima tugas.
·      Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing anggota tim untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan
·      Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan keperawatan tercatat.
·      Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan anggota tim
3.    Anggota tim/Perawat pelaksana
a.    Tanggung jawab anggota tim :
·      Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di unit tersebut. Misalnya pada saat jam makan siang staf dan rapat tim
·      Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan secara teliti termasuk program pengobatan
·      Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta respon yang ditunjukkan klien
·      Menerima bantuan dan bimbingan ketua tim
b.    Tugas perawat pelaksana :
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:
·       Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
·      Protector dan Advocat
Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak – hak klien.
·       Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
·       Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)

Selesaikan pembahasan kasus:

          Setelah melihat kasus diatas kelompok kami menyimpulkan bahwa kepemimpinan dalam kasus tersebut menganut gaya “ Laissez – Faire”,Kepemimpinan dengan gaya seperti ini sering kali mengacu pada istilah atau kepemimpinan permisif.Tipe pemimpin sepeti ini melepaskan sepenuhnya kendali dan memilih untuk menghindari tanggung jawab,dengan melimpahkan seluruh pengambilan keputusan pada kelompok.Pemimpin Laissez Faire menginginkan setiap orang merasakan kebebasan untuk melakukan “segala sesuatu bagi dirinya dan sebagai hasil, tidak ada perasaan diatur kecuali diberikan oleh kelompok atau pemimpin informal.Tipe kepemimpinan ini sangat sesuai diterapkan pada kelompok professional yang memiliki motivasi yang sangat tinggi ( misalnya,anggota peneliti ),akan tetapi jarang sekali tipe ini dapat diterapkan dengan baik dilingkungan perawatan kesehatan,karena gaya ini menimbulkan komplesitas dalam lingkungan kerja. ( potter dan perry.2005 )
         
Cara penyelesaian masalah adalah dengan  menerapkan teori perilaku yang meliputi:
                                                   
a.       Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif.
b.      Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan cara – cara yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, motivasi bawahannya, dan melaksanakan control.Setelah itu pemimpin harus menerapkan fungsinya sebagai kepala ruang yang meliputi:

·         Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
·         Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
·         Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
·         Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.
















BAB III
PENUTUP

Menurut Gillies (1994), dalam Arwani (2006), mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah tertentu (to run in a specific direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalan didepan (to go at the head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend toward a de)  ( potter dan perry  2005 )
Gaya adalah sebagai cara penampilan karakteristik atau tersendiri / khusus. Follet (1940) mendefinisikan gaya sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli , dengan hasil akhirnya tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970) dalam Nursalam (2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pimpinan itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun – tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda – beda. Gaya yang dikembangkan oleh seorang pemimpin dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Ketiganya akan menentukan sejauh mana ia akan melakukan pengawasan terhadap kelompok yang dipimpin. Faktor kekuatan yang pertama bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin. faktor kedua bersumber pada kelompok yang dipempin, dan faktor yang ketiga tergantung pada situasi (Muninjaya, 1999).










Daftar pustaka

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga